Van Shares

Friday 1 January 2016

Sejarah berdirinya Pencak Silat NU Pagar Nusa

Pencak Silat NU Pagar Nusa adalah badan otonom Nahdlatul Ulama yang bertugas menggali, mengembangkan dan melestarikan pencak silat Nahdlatul Ulama sebagai warisan wali songo. Berawal dari sebuah perhatian dan sekaligus keprihatinan tentang surutnya dunia persilatan di pelataran pondok pesantren. Padahal pada awalnya pencak silat merupakan kebanggaan yang menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pondok pesantren.
Tanda-tanda kesurutan antara lain hilangnya peran pondok pesantren sebagai padepokan pencak silat. Awalnya pondok pesantren bisa diibaratkan sebagai sentral kegiatan pencak silat. Kyai atau Ulama pondok pesantren selalu melengkapi dirinya dengan pencak silat, khususnya aspek tenaga dalam atau karomah yang dipadu dengan beladiri. Pada saat itu seorang kyai sekaligus juga menjadi pendekar pencak silat. Di sisi lain tumbuh menjamurnya perguruan pencak silat yang lahir seperti jamur di musim penghujan. Dengan segala keanekaragaman, baik di lihat dari segi agama, aqidah maupun kepercayaannya. Satu sama lain bersikap tertutup, menganggap dirinya yang paling baik dan paling kuat. Kebanyakan bersifat local sehingga tumbuhnya menjamur dan berguguran setelahnya.

Keadaan yang demikian mendorong para Ulama pimpinan pondok pesantren, pendekar serta tokoh-tokoh pencak silat untuk musyawarah khususnya mencari jalan keluar, yaitu membuat suatu wadah yang khusus mengelola pencak silat NU pada tgl 12 Muharram 1406 M, yang bertepatan pada tanggal 27 September 1985 M. Berkumpulah para Ulama dan para pendekar di pondok pesantren Tebuireng Jombang Jawa timur untuk musyawarah dan sepakat membentuk suatu wadah yang khusus mengurus pencak silat Nahdlatul Ulama. Musyawarah tersebut di hadiri tokoh - tokoh pencak silat dari Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk dan Kediri.

Pada musyawarah tersebut disepakati antara lain membentuk Ikatan Pencak Silat NU disingkat (IPS NU). Musyawarah berikutnya di adakan di pondok pesantren Lirboyo Kediri Jawa timur, dan meminta PWNU Jatim mengirim utusan untuk mengikuti pertemuan di Lirboyo Kediri pada tanggal 3 Januari 1986, dan untuk pertemuan berikutnya tetap diadakan di tempat yang sama.

Tokoh Pencak Silat yang hadir dalam musyawarah tersebut antara lain dari Pasuruan, Ponorogo, Jombang, Nganjuk dan Kediri. Utusan dari PWNU Jatim yaitu K.Bukhori susanto (Lumajang) dan K.Suharbillah SH.LLT dari Ponpes AN-NAJIYAH sidosermo Surabaya.
Dalam musyawarah tersebut disepakati susunan pengurus harian Jawa timur yang merupakan embrio pengurus pusat, sebagai berikut:
Ketua umum
: K.H.Agus Maksum Djauhari
Sekretaris        
: Drs.H.Fuad Anwar
Ketua harian   
: K.H.Drs.Abdur Rahman Utsman
Ketua I           
: H.Suharbillah SH.LLT
Sekretaris        
: Drs.H.Fuad Anwar
Sekretaris I     
: Drs.H.Kuncoro
Sekretaris II    
: Ashar Lamro

Nama yang di sepakati adalah Ikatan Pencak Silat NU yang disingkat IPS NU. Pada waktu Audiensi dengan Pengurus Wilayah NU Jatim di usulkan nama oleh K.H Anas Thohir selaku pengurus wilayah NU Jatim adalah Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa yang mempunyai kepanjangan Pagar NU dan Bangsa. Nama tersebut di ciptakan oleh K.H Mudjib Ridlwan dari Surabaya, putra dari K.H Ridlwan Abdullah pencipta lambang NU. Simbol terdiri dari segi lima warna dasar hijau yang di dalamnya ada bola dunia dan di depannya ada pita bertulis logo La Gholiba Illabillah dengan arti tiada yang menang kecuali mendapat pertolongan dari Allah. Di lengkapi dengan bintang sembilan dan trisula (di kalangan NU dikenal dengan nama cabang) sebagai simbol pencak silat. Lambang tersebut diusulkan oleh H.Suharbillah.SH.LLT. Disempurnakan dan dirubah menjadi segi lima oleh peserta musyawarah III di Ponpes Tebuireng Jombang.
K.H Sansuri Badawi sebagai sesepuh dan penasehat yang sempat hadir dalam musyawarah tersebut menandaskan bahwa :
Logo yang berbunyi Laa Gholiba Illallah  yang di pertahankan dirubah menjadi Laa Gholiba Illa Billah

       Untuk membentuk Susunan Pengurus tingkat Nasional, PBNU membuat Surat Pengantar kesediaan ditunjuk sebagai Pengurus. Surat pengantar tersebut ditandatangani oleh Ketua Umum PBNU K.H Abdurrahman Wahid, dan Rais Aam K.H Ahmad Siddiq. Insya Allah tanda tangannya K.H Ahmad Siddiq merupakan tanda tangan yang terakhir.

       Lembaga Pencak Silat NU memenuhi tuntutan organisasi mengadakan Munas I yang di adakan di Ponpes Zainul hasan Genggong Kraksaan Probolinggo Jatim. Surat kesediaan di tempati di tanda tangani oleh K.H Saifurrizal, Insya Allah merupakan tanda tangan beliau yang terakhir. Penentuan tanggal pelaksanaan Munas I di tentukan oleh Kyai sendiri yaitu tanggal 20-23 September 1991. Ternyata tanggal tersebut adalah 100 hari wafat beliau. Sehingga waktu pembukaan di adakan Tahlil terlebih dahulu. Sesuai dengan hasil Muktamar NU di Cipasung, Lembaga Pencak Silat NU Pagar Nusa berubah status dari Lembaga menjadi Badan Otonom sehingga namanya menjadi Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa.
Sekitar tahun 1990-an, mulai diperkenalkan pada seluruh Kabupaten/Kotamadya yang ada di Propinsi Jawa Timur. Khususnya di Kabupaten Sidoarjo. Sejak diperkenalkan, Pagar Nusa merupakan salah satu organisasi pencak silat yang dapat diperhitungkan terutama dalam bidang prestasi. Tidak hanya itu, Pagar Nusa juga menjadi salah satu ikon penting pada dunia pendidikan terutama pada lingkungan Ma'arif.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

0 comments:

Post a Comment